Thursday, April 9, 2020

Bandung 1999 (18)

Hamparan indah pantai Carita, itulah tempat yang biasa kami kunjungi dan disanalah terkumpul banyak kenangan bagi kami berdua. Dan disana pula Mas Andre pertama kali menyatakan cinta padaku.

Hari ini begitu sepi tidak terlalu banyak pengunjung. Dan itu sangat bagus buat kami, hampir kita bisa bicara bebas tanpa terganggu oleh siapapun titik sehingga kami bisa bercerita dengan tenang dan saling melepas rindu setelah sekian lama terpendam.

Kami saling bercerita tentang pengalaman kami. Selalu ku ceritakan tentang Ricky.

"Apa kau mencintainya?" tanya Mas Andre.

"Aku sayang padanya, dia sudah sudah  ku anggap seperti saudaraku sendiri. Tapi dibalik itu semua dia menyalahartikan perhatianku dan membuatku merasa bersalah." Ucapku penuh penyesalan.

"Seharusnya kau katakan sebelumnya tentang kita, agar dia tidak salah paham"

"Apa Mas marah?" tanyaku.

"Tentu tidak sayang... buat apa marah?" kulihat senyuman manis di bibirnya dan itu sangat membuat aku lega. "Itu sudah berlalu, tapi suatu hari aku ingin bertemu dengannya untuk berterima kasih karena telah menjaga mu dengan baik dan kamu juga harus minta maaf sama dia juga berterima kasih padanya." Ucapnya yang ku iringi dengan anggukan ku.

"Cuma itu, apa mas tidak akan berbuat apa-apa lagi padanya?"
"Berbuat apa? Apakah aku harus berkelahi dengannya hanya karena dia telah berani mencintai kamu, itu tidak mungkin karena dia......" ucapannya terpotong membuatku penasaran apa kelanjutannya.

"Dia apa?" tanyaku penasaran.

"Karena dia tidak mungkin menang dariku, karena kau mencintaiku dan selamanya akan menjadi miliku" ucapnya yakin sekali.

"Pede banget! Kalau disamber orang tau rasa nanti!" Sambil kucubit tangannya, dan dia hanya membalas dengan tawa riang.

Kami pun berlarian di pinggir pantai saling berkejaran sampai-sampai baju kami pun basah tersembur deburan ombak. Nafas kami terengah-engah. kembalikan dan kau atur nafasku yang tadi sempat tak beraturan. Dan tiba-tiba kurasakan sebuah pelukan erat menyentuh tubuhku titik kubiarkan pelukan itu semakin erat karena di dalam pelukan tersebut aku merasakan kedamaian.

"Aku mencintaimu. Apa jadinya kalau aku sampai kehilanganmu. Aku selalu merasa gelisah jika jauh darimu dan berpikir mungkin saja kau akan meninggalkanku" ucapnya pelan, tepat di sisi telinga kanan ku.

"Mengapa mas beranggapan begitu, aku selalu memegang teguh amanat yang kau berikan padaku, kalau kau tidak percaya lihatlah aku selalu memakai cincin pemberianmu!" Kutunjukkan cincin yang kupakai.

"Terima kasih, karena kau selalu memakainya"

"Tentu saja."

Kemudian mas Andre membalik tubuhku, hingga kami saling berhadapan. Mata kami saling memandang dan kulihat di sana sepasang mata yang begitu sejuk, yang selama ini telah membuat ku jatuh cinta padanya. Dengan lembutnya dia membelai rambutku dan merapikannya, yang terurai acak-acakan karena tertiup angin pantai.

"Aku sangat bahagia karena telah mengenalmu" ucapnya sambil mengecup keningku, aku hanya tersenyum lalu kami pun berpelukan erat, erat sekali, kurasakan kebahagiaan yang begitu dalam.

Tiba-tiba Mas Ande mengatakan sesuatu yang mengejutkanku.

"Apakah kau mau menikah denganku?" tanyanya dan seketika itu juga ku lepaskan tanganku karena saking kagetnya. 
"Kenapa kelihatannya kamu shock sekali mendengarnya?" Kulihat dia tertawa dengan perubahan sikapku. "Sayang apa ada yang aneh dengan pertanyaanku?" Tanyanya lagi.

Mas Andre Aku ini masih SMEA kelas 3 jawab ku

"Lho.. memangnya siapa yang ngajak kamu nikah sekarang, aku cuma tanya kok!" Ucapnya sambil tertawa karena telah berhasil mempermainkanku. Aku hanya bisa mencubit nya dan kulihat dia meringis. "Aku akan menunggumu sampai kamu lulus kuliah, bahkan sampai kapanpun, tidak ada yang dapat memisahkan kita, kecuali maut." ucapnya yang kini membuatku merinding.

"Mas jangan bicara begitu, saya akan takut"

"Kenapa takut, kan ada aku di sini. Jadi mau ya, sama aku tidak mau ada penolakan" ucapnya pelan penuh harapan. Ku anggukan kepala ku tanda setuju lalu dia memelukku lagi.

No comments: