Tuesday, April 7, 2020

Bandung 1999 (13)

Menjelang pulang sekolah aku masih terbayang kejadian pagi tadi, aku khawatir jika Diwan masih terus mau melayani tantangan Ricky.

"Teeettt.. Teeettt... Teeettt....!"

Bel pun berbunyi tanda mata pelajaran terakhir hari ini selesai, namun Pak Jajang, guru matematika yang mengajar di kelas ku saat itu tidak langsung berhenti mengajar, selama beberapa menit dia masih menjelaskan penyelesaian contoh soal yang diajarkannya.

Aku pun gelisah dan tak bisa berkonsentrasi dengan pelajaran, karena aku berpikir bahwa harus segera menemui Diwan di kelas sebelahku, mencegah dia menemui Ricky lagi.

Di akhir penyelesaian contoh soal, Pak Jajang masih meminta kami untuk membuka buku untuk menandai halaman yang terdapat soal-soal latihan yang diberikan sebagai PR untuk dikumpulkan pada pertemuan berikutnya.

Setelah Pak Jajang meninggalkan kelas ku, aku pun segera berkemas dan langsung berlari menuju kelas Diwan. Namun ku dapati kelasnya sudah kosong, hanya ada empat orang siswi yang masih terlihat sedang ngobrol di dalam kelas tersebut. Tak satupun dari mereka mengetahui keberadaan Diwan.

Aku terus berlari ke gerbang sekolah, sambil terus mencari Diwan. Dan terus ke depan sekolah namun masih tidak kutemui Diwan. Kuhampiri beberapa anak laki laki yang bisa ku lihat bersama Diwan, mereka pun tidak tahu di mana Diwan. Salah satu temannya bilang kalau Diwan sudah pergi sendiri karena ada urusan pribadi, cuma itu informasi yang bisa ku dapat.

Akhirnya aku pun pulang, karena aku tak tau harus kemana lagi mencari Diwan. Aku cuma bisa berharap semoga Diwan maupun Ricky tidak meneruskan perkelahian mereka tadi pagi. Aku tidak ingin ada salah satu dari mereka yang terluka. Karena kalau itu terjadi aku merasa menjadi orang yang paling bersalah atas kejadian tersebut.

Sendainya mereka benar-benar saling bertemu sore ini, semoga mereka bisa menyelesaikan dengan cara yang baik, tanpa harus berkelahi, apalagi sampai ada yang terluka.

No comments: