Tuesday, April 7, 2020

Bandung 1999 (12)

Pagi ini kembali aku berangkat ke sekolah sendiri, padahal aku berharap bisa bertemu Ricky untuk bisa meminta maaf dan memberikan penjelasan padanya. Namun sepertinya hingga kini ia masih belum mau menemuiku.

Setiba di depan gang aku pun menyetop angkot untuk ikut naik menuju sekolah. Pada saat di dalam angkot tersebut ku bertemu dengan Rani, teman sekolah ku yang rumahnya berdekatan dengan rumah Ricky.

"Tumben kamu enggak sama Ricky?" tanya Rani.

"Enggak apa apa kok!" jawab ku.

"Tadi aku lihat Ricky, sepertinya wajahnya tidak biasa, kalian berantem ya?" tanyanya lagi.

"Eh.. lihat Ricky di mana?" aku pun lebih ingin tau keberadaan Ricky dari pada menjawab pertanyaannya.

Rani pun menceritakan kalau sebelum naik angkot dia sempat melihat Ricky dengan ekspresi yang sedang memendam amarah, dia terlihat seperti memikirkan sesuatu dan tidak fokus kepada sekelilingnya. "Dia tadi naik angkot yang sebelum ini" katanya.

Ku pikir Ricky pasti masih marah dengan ku, memang mungkin seharusnya aku lebih menjaga jarak dengannya sehingga apa yang terjadi saat ini tidak begini.

Setiba di depan sekolah ku, kami pun turun dari angkot. Alangkah terkejutnya aku, saat itu melihat kerumunan anak sekolah, sepertinya ada yang sedang berkelahi. Meskipun agak takut, aku pun mendekat dan kuperhatikan lagi dua anak laki laki yang berkelahi, di tengah kerumunan tersebut. Tiba tiba salah satu anak yang berkelahi tersebut sepertinya terhuyung ke arah ku. Dan ku kenali dia adalah Diwan, wajahnya terlihat sedikit merah di dekat mata kiri.

Di sisi yang berlawanan ternyata ku lihat wajah yang tidak asing, dia adalah Ricky, wajahnya terlihat merah penuh marah.

Ku pegang tangan Diwan, untuk menahan agar tidak meneruskan perkelahian. Ricky pun melihat ku sepertinya dia menahan diri karena melihat ku. Kemudian Ricky mengambil tas yang terletak di tanah, sambil memandang dan menunjuk Diwan dia berkata "Kita belum selesai, ku tunggu kau sore nanti!" kemudian dia pergi meninggalkan lokasi begitu saja.

Aku masih memegang tangan Diwan, karena aku khawatir dia akan mengejar Ricky. Setelah itu aku tarik Diwan dan ku temani menuju ruang UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) untuk memberikan pengobatan terhadap memar yang ada di wajahnya.

Di ruang UKS, beberapa teman ada yang membantu mengambilkan obat dan yang lainnya mengoleskan obat luka di wajahnya. Saat itu aku masih mendampingi Diwan namun aku tidak banyak bicara padanya. Aku khawatir bila terlalu memberikan perhatian, nanti disalah artikan lagi oleh Diwan, seperti halnya yang terjadi pada Ricky, sedangkan aku tidak memiliki perasaan pun dengannya.

No comments: