Tuesday, April 7, 2020

Bandung 1999 (10)

"Ky! Sakit!" rintihku, tapi Ricky sama sekali tidak peduli, dan tiba-tiba saja dia merebut surat yang ada di tanganku. Dan dengan marahnya dia merobek-robek surat itu sampai pecahan terkecil, lalu membuangnya ke tanah begitu saja.

"Kamu kejam Ricky! Kini ku tahu bagaimana sifatnya sebenarnya, kamu bukan Ricky yang ku kenal! Persahabatan kita putus sampai di sini!" sambil terisak ku berlari ke rumah tinggalkan Ricky tanpa peduli panggilannya.

Sampai di rumah aku langsung masuk kamar. Ku tumpahkan semua kesedihanku di peraduan dalam sunyi. Tidak kusangka Ricky aku kenal dulu telah berubah menjadi berang, egois dan pemarah.

Beberapa saat kemudian ku dengar ketukan di pintu kamar ku.

Sepertinya Ayah ku memperhatikan ku sejak tadi. Ku ceritakan kejadian tadi dan hubungan ku dengan Ricky pada Ayah. Ku merasakan kalau Ayah begitu memahami ku, namun dia tidak sepenuhnya mendukung sikap ku.

Dengan cara yang lembut ayah ku memberikan pengertian bahwa sikap yang ditunjukan oleh Ricky bukan kesalahan yang sepenuhnya ada pada Ricky. Menurutnya sikap yang ku berikan pada Ricky selama ini juga membuat Ricky menaruh harapan, dan itu sebelumnya tidak ku sadari. Bahwa waktu dan kebersamaan yang cukup sering aku lakukan bersama Ricky itu terlalu berlebihan untuk diberikan kepada seorang laki laki dengan status hanya sebagai teman.

Mungkin karena tidak pernah sekalipun ku dengar permintaan menjadi pacar dari Ricky, sehingga selama ini sikap ku terlalu terbuka dan mengangap hubungan kedekatan kami hanya sebagai teman saja.

Namun apa yang ayah sampaikan pada ku, aku pun memahaminya. Sekaligus menyadarkanku bahwa aku harus menjelaskan dan minta maaf kepada Ricky. Walau bagaimana pun marahnya Ricky pada ku hari ini, aku mengakui dia adalah anak laki laki yang baik, dan aku berharap ingin tetap bisa besahabat dengannya.

No comments: