Thursday, April 9, 2020

Bandung 1999 (15)

"Teeettt.. Teeettt... Teeettt....!" bel tanda berakhir pelajaran hari ini berbunyi. Aku pun mengemas buku-buku dan alat tulis ke dalam tas.

Beberapa teman ku satu per satu keluar dari kelas, aku pun mulai bangkit dari kursi. Saat itu aku masih bingung, apakah aku harus mengikuti ajakan Diwan atau tidak.

Keluar dari kelas, mata ku langsung menuju ke arah kelas Diwan, ku lihat dia berbincang dengan beberapa temannya, namun setelah melihat ku Diwan langsung menyela pembicaraan untuk sekedar keluar dari kumpulan teman-temannya dan bergerak ke arah ku.

"Ayu kita berangkat!" Ajaknya.

"Kemana?" jawab ku.

"Kamu ikut aja, ya...!" kembali Diwan meminta.

"Iya, tapi ikut kemana?" jawab ku lagi.

"Kamu tenang aja, ikut aku, aku ga akan macam-macam kok!" tegasnya.

Meskipun dengan ragu, akhirnya akupun menuruti ajakan Diwan. Kami naik angkot menuju ke arah pusat kota. Setibanya disebuah restoran, angkot pun diminta berhenti oleh Diwan dan kami berjalan menuju restoran tersebut.

Restoran tersebut cukup menarik, sepertinya dulunya adalah rumah tinggal yang memiliki halaman cukup luas. Dengan konsep semi outdoor, restoran ini seakan tempat yang menyenangkan untuk tempat nongkrong anak-anak muda, atau pun pasangan yang berpacaran.

Kami tiba disebuah meja yang telah tertata sajian makanan ringan dan dua gelas minuman dingin yang terlihat cukup menyegarkan.

"Silahkan kita di sini!" ucapnya kepada ku,seraya mempersilakan aku untuk duduk. Lalu Diwan seperti memperhatikan sajian yang sudah ada di meja.

"Kamu tunggu sebentar ya... ini sepertinya ada pesanan yang kurang" Diwan pun berjalan ke arah meja pelayanan restoran tersebut.

Aku hanya bisa duduk dan diam di hadapan sajian makanan, sambil menunggu Diwan. Namun dalam pikiran ku begiatu galau, menerawang jawaban dari pertanyaan Diwan yang sebenarnya tak pernah tau sama sekali?

No comments: