Tuesday, April 7, 2020

Bandung 1999 (11)

Keesokan hari aku berangkat ke sekolah sendiri, tidak ada Ricky menunggu untuk berangkat bareng di depan rumah ku atau depan gang tampat biasa kami menunggu angkot bersama. Begitu pun ketika pulang sekolah, aku tak melihat Ricky menunggu ku di halte seberang sekolah. Mungkin memang sebaiknya kami tidak bertemu dahulu untuk sementara, agar kami bisa menenangkan diri kami masing-masing.

Ketika itu, kembali aku kembali dikejutkan oleh tepukan tangan di pundak ku. Ternyata Diwan kembali menyapa, dia pun menanyakan tentang surat yang kemarin diberikan kepada ku. "Gimana..? Udah dibaca belum..?" tanya Diwan dengan senyum di wajahnya.

Aku pun bingung menjawabnya, sedangkan surat tersebut sudah disobek-sobek Ricky tanpa aku sempat membacanya. Aku hanya bisa diam dan memberikan senyuman walau pun aku dalam kebingungan.

Lalu Diwan kembali  mengatakan "Kamu pasti tidak menyangka... ya...?"

Lalu aku balas dengan penuh ragu "Iya..." pada hal aku tak mengerti sama sekali apa yang dimaksud oleh Diwan.

"Ya udah, jadi kamu mau kan..?" tanyanya lagi.

Aku pun hanya bisa terdiam kembali. Lalu Diwan kembali mengatakan "Udah ga perlu dijawab sekarang, nanti aja aku hubungi kamu lagi" kemudian ia pergi kearah teman temannya lagi seperti kemarin.

Aku menyeberangi jalan dan naik angkot untuk pulang. Pikiran ku gundah dan bercabang, di satu sisi aku sedang memikirkan bagaimana caranya untuk bisa meminta maaf kepada Ricky, kini ditambah persoalan baru tentang Diwan.

Sesampainya di rumah aku berusaha menenangkan diri, dan memilih untuk beristirahat lebih awal, berharap esok semua persoalan ku akan terjawab dengan cara yang baik dan kehidupan ku akan menjadi tenang kembali.

No comments: