Friday, June 12, 2009

Bandung 1999 (2)

Sejak saat itu aku berteman dan jadi dekat dengan Ricky.

Bagiku hubungan kami hanya sebatas teman tidak lebih. Tapi berbeda dengan pandangan teman-temanku, mereka menafsirkan lain. Hingga tersebarlah gosip kalau aku dan Ricky berpacaran. Namun aku tak perduli.

Ricky memang cukup manis, wajahnya cukup tampan, dengan tinggi badan sedikit di atas rata-rata anak laki-laki seumurannya. Ditambah lagi dia terlihat cukup pintar, dan menarik, aktif dalam pergaulan dengan menjadi ketua OSIS di sekolahnya. Memang dapat dikatakan Ricky sempurna untuk menjadi idola cewek-cewek.

Namun bagi aku, meskipun kami cukup dekat, buat ku Ricky hanyalah seorang sahabat.

Aku dan Ricky semakin akrab, kami sering berangkat sekolah bersama, karena ternyata kami tinggal berdekatan. Perumahan tempat tinggal Ricky hanya sekitar 300 meter dari gang rumah ku, apa lagi dari dalam perumahan tempat Ricky ada gang yang bisa langsung tembus kesebuah gang tepat ada di samping rumah ku.

Tak jarang pula Ricky main ke rumah ku untuk sekedar ngobrol-ngobrol. Dalam beberapa kesempatan, kami juga sering jalan keluar bersama, ke toko buku mecari buku pelajaran atau sekedar menghilangkan kepenatan.

Setelah sekian lama mengenal Ricky, aku menjadi sangat tahu sifat-sifatnya. Dia memang baik, cukup pengertian dan perhatian, meskipun cara berpikirnya dia agak serius, namun kadang kala dia bisa bercanda dan membuat ku tertawa.

Jika malam minggu kadang dia juga datang kerumahku, dan sesekali dia mengajakku keluar untuk sekedar makan malam atau nonton ke bioskop bila ada film bagus. Aku pikir tidak ada salahnya, setelah enam hari dipenuhi dengan segunung tugas-tugas dari sekolah, jalan bersama Ricky bisa menghiburku dan mengembalikan kesegaran pikiranku.

Kadekatan kami membuat kami seperti saling membutuhkan satu sama lain. Meskipun demikian aku teguhkan hati ini tetap pada perinsipku sebelumnya, Ricky hanyalah sahabat baikku tidak lebih. 

No comments: